Senin, 20 Juni 2011

about,,,:

banyak orang senang menuangkan semuuuaaaaaaaaa perasaannya lewat status di fb atopun twitter..
tapi, kalo aku si enggak.. aku lebih nyaman menuangkan uneg-uneg ku lewat blog ku ini..
kenapa,ya?
aku termasuk orang yg tertutup ttg perasaan dan semuuuaaaa yg sifatnya pribadi.. aku gak pernah bicara masalah yg bener bener bener bener bener sangat sangat sangat pribadi sekali li li li li (#alay!) sama siapapun..
aku lebih sering memendam dalam hati sendiri dan mengatakan yg sejujur jujur jujurnya kepada Allah..
simple bgt alasannya?
sebenarnya si ada alasan lain..
Kalo curhat ke org lain apalagi menuangkan lewat tulisan di fb ato twitter atopun diary dan genus lainnya,, (# biology mode:on),,aku suka gak percaya..
rasanya kaya' mengumbar aib sendiri..
aku emang aneh.. nggak kaya' org lain.
bny' org yg menganggap aku sbg org yg paling susah ditebak perasaannya. ya mungkin karena aku orgnya tertutup,. tp yg aku bingungkan, kenapa bny' org yg curhat ttg masalah pribadinya padaku? bukankah aku tidak pernah bercurhat kehidupan pribbbaddiiiiii ku pada mereka yg bisa dijadikan jaminan jika sewaktu waktu curhatan mereka itu tak sengaja diketahui oleh org lain.
entah karna pengaruh sikap tertutupku ato nggak, sering kali aku merasa risi dan benci pada org-org yg terlalu terbuka pada semmuuuaaa org. baik masalah pribadi atopun perasaannya.. rasanya risi risi gak suka gimanaaa gitu..
(kok ada ya org kaya' gitu.. jijik!) kata-lata itu yg sering terlintas di pikiranku ketika aku menemui org yg seperti definisiku di atas.

aku bingung harus nulis apa lagi.. aku udah speechless banget.. entah karna terlalu banyak kata-kata yg ingin ku tulis ataokah karna aku sudah kehabisan kata-kata.. entahlah.. yg jelas, aku lebih nyama nulis diaryku di sini ketimbang di media lainnya.. aku berharap gak ada org yg baca ini.. karena aku tkut akan menyakiti hati org lain yg gak sependapat dg aku.. dan yg terpenting, aku takut masalah pribadiku terkuak oleh massa! (# lebaynya kambuh lagi!!! tidakkk!!!)

dadddaaaahhhhh!!! assalamu'alaikum!
cklek!

trying to try...

ga tau kenapa, q ngerasa bodoh banget dalam hal ini. pengen bisa kaya' mereka, tapi ya,,lagi-lagi gak bisa..
kenapa,ya? padahal aku rasa aku sama. sama kaya' yang lain. tapi kenapa aku gak pernah bisa??
aku tahu, dengan bersikap seperti ini, aku berarti gak bersyukur.. namun, aku nggak bisa nutupin perasaan ini terus. perasaan yang akan membuatku berdosa karena tak bisa mensyukuri nikmat yg telah diberikan Allah padaku..
apakah ini cobaan dalam hidupku?
aku paham bahwa Allah tak akan memberi cobaan diluar kemampuanku.. tapi, q juga sadar bahwa cobaan ini terasa begitu berat..
ya Allah,, bantu aku menghadapi ini semua.. kapan ya saat itu akan datang? saat dimana cobaan ini usai dan aku bisa seperti mereka? kapan,ya?
aku sering sakit dan sedih memikirkan ini semua,Tuhan..
Engkau pasti tahu, aku selalu menanti saat saat itu.. aku ingin seperti mereka,Tuhan.. Aku memang manusia yg lemah. diberi cobaan kaya' gini aja udah mengeluh..
Saat aku menulis ini, rasanya ada yg sedang beradu mempengaruhi sikapku dari telinga kanan dan kiri. seperti dalam film-film. devil di sebelah kiri, dan elf di sebelah kanan.
jadi ya,,tulisanku ini berantakan. kadang ikut saran elf, tp kadang berontak mengikuti saran devil..
arrghhh!!! aku benci ini.. jiwaku terlalu lemah menanggung beban ini,Tuhan..
aku takut aku bisa stress gara-gara hatiku yg terlampau sakit..
aku ini kecil, lemah dan penuh dosa.. ampuni aku yg telah lelah ini,Tuhan..
dengan penuh harap, kumohon mudahkanlah hamba dalam menghadapi cobaan sulit ini.. ringankan beban psikologi hamba ini.. rasanya sakit sekali,Tuhan..
dan juga, jadikan hamba orang pandai mensyukuri nikmatmu.. aku tak mau menjadi manusia yg buruk.. kumohon,Tuhan.. mudahkan ini semua.. kuatkan iman hamba agar hamba tidak menjadi manusia yg penuh dengan penyakit hati..

Jumat, 10 Juni 2011

ini salah satu tugas mapel bahasa Indonesia dari Ibu Tatik Heriani, guru bahasa Indonesia kelas X.5 SMA 1 Magetan.
sebenernya sih ini tugas kelompok, tapi yang ngarang aku, so,,, aku posting di blog ku ajja dech..

Let's see, Let's read, Lat's happy, Let's laugh!

Telefon aku..

“Happy birthday to you.. Happy birthday to you.. Happy birthday dear Letta.. happy birthday to you..”
Pagi hariku disambut dengan sorak-sorai nyanyian yang lebih pantas disebut jeritan, mirip jeritan suporter bola di stadion. Ya, sebab adik kecilku yang masih berumur 5 tahun ikut menyanyikan “Lagu Wajib Ulang Tahun” itu dengan suara cedalnya dengan sangat melengking. Aku tak bisa membayangkan jika adikku ikut kompetisi Indonesian Idol dengan suara seperti itu. Bagaimana,ya tanggapan juri Anang Hermansyah? Hahaha.. namanya juga anak-anak.
“Selamat ulang tahun, Letta anak mama tersayang..”,kata mamaku seraya menciumku penuh cinta.
“Wah,makasih banyak,Ma”,balasku yang masih dipeluk erat mama.
“Kak Letta! Ayo kadonya cepat dibuka! Nanti bagi-bagi sama Lolloy,ya..”,ujar Lolly,adikku yang masih belum bisa melafalkan namanya secara fasih dan benar.
“Ih,enak saja. Ini kan punya kakak!”.
Hari ini, Minggu 23-4-2005, aku, Arletta Dewi genap berusia 18 tahun. Seperti remaja pada umumnya, ulang tahun = makan-makan. Sudah sejak jauh-jauh hari aku berencana akan mengadakan pesta kecil-kecilan bersama teman-teman di salah satu resto favorit kami di kota ini.
“Everything in my heart,is you.. and everything in my soul, is also only you.. there is no other.. only you.. my dearest one.. I wanna be yours.. lalala..”
Suara merdu milik Kaitlin Sheena dalam lagu ‘Wanna be Yours’, berdering keras dari Handphone-ku. Panggilan masuk. Oh,dari Fira,rupanya.
“Halo,Fira! Nanti jangan lupa harus datang ke Dellicy resto,lo! Nggak ada tapi-tapian,okey? Sekalian kasih tahu Dinda,Putra,Rafa,Diki,Ayu,Likga sama yang lain,ya! Kalian makan sepuasnya,deh!”,sahutku panjang lebar tanpa memberi kesempatan Fira berkata sepatah katapun.
“...” Hening, tiada suara.
“Halo,Fir? Fira? Kamu masih disitu?”,tanyaku memastikan keberadaan Fira.
“Eh,iya,Ta. Emm,itu. Ada yang penting. Emm,,”
“Penting? Apa Fir?”
Hening..
“Halo Fir, kamu bikin aku penasaran,deh..”
“Itu,Ta. Maaf. Kayaknya kita harus batalin acara kamu,deh.”
“Loh,kok gitu sih?”
“Barusan aku dapet kabar, kalau Putra.. Meninggal. Dia kecelakaan.”
“Wah,lelucon kamu nggak lucu,tuh! Ntar kalau kejadian beneran,lo! Aku nggak suka ah kalau surprisenya kayak gitu!”,sahutku sedikit kesal.
“Maaf,Ta. Ini bukan lelucon. Ini sungguhan.”
...
“tut,,tut,,tut..”,terdengan suara di handphone milik Fira,tanda terputusnya sambungan.
“Halo,,Letta? Letta kamu nggak papa?”,kini berganti Fira yang memastikan keberadaanku.
“tut,,tut,,tut..”,masih sama bunyinya. Sambungan telah terputus.
Seketika aku kaget. Tanpa sengaja telefon langsung aku tutup. Aku menangis. Menangis sejadi-jadinya. Menangisi kepergian mendadak sahabat yang harusnya ikut bergabung dalam acara bahagiaku. Tanpa pamit.
Siang ini Putra dimakamkan. Aku bersama teman yang lain ikut melayat ke rumah Putra. Kami semua terlarut dalam suasana duka di sana. Suara tangis pelayat terdengar di seluruh penjuru rumah duka.
Prosesi pemakaman dimulai. Isak tangis keluarga dan sahabat mengiringi. Semua terlarut dalam kesedihan yang mendalam. Hingga tanpa sengaja, handphone milik Putra yang dibawa oleh Ayahnya yang ikut menguburkan Putra,terjatuh di liang lahat,dan ikut terkubur bersama jenazah. Ironisnya, tak seorangpun yang tahu akan hal itu. Mungkin karena semua orang masih terlarut dalam duka. Hingga tak memperhatikan keadaan kecil namun sangat fatal terjadi.
Malam hari, masih di hari yang sama, Minggu 23-4-2005.
“Everything in my heart,is you.. and everything in my soul, is also only you.. there is no other.. only you.. my dearest one.. I wanna be yours.. lalala..”.
Handphone ku kembali berdering. Saat ku lihat layar handphone,betapa kagetnya aku. Tertulis nama “PUTRA” di layar. Ku coba mengangkat telefon itu dengan sangat hati-hati.
“Ha---lo?”
“Let-ta. Tol-long *ku. Samp*-ka* ma-af pad-da d*a”,suaranya lelaki itu terdengar berat, terputus-putus, dan terdengar suara bising dibalik suaranya.
“tut,,tut,,tut..”. telefon terputus.
Seketika ku lempar handphone-ku ke atas tempat tidur. Aku ketakutan. Aku bingung. Apa yang harus kulakukan?
Kejadian itu tak berhenti pada malam itu saja. Di malam-malam berikutnya kejadian serupa juga datang padaku. Saat aku tak mengangkatnya, handphone ku tak pernah berhenti berdering. Bahkan, saat kucoba untuk mematikan handphone ku, tetap saja masih bisa menerima sambungan telefon dari Putra. Dan jika kuangkat, kata-katanya masih sama. Rangkaian kata yang sangat tidak jelas dan semakin membuatku bingung. “Tolong aku. Sampaikan maaf pada dia”. Begitu kira-kira jika orang yang ada dalam telefon itu mampu bersuara secara jelas. Namun, kepada siapa maaf itu ditujukan? Dan, siapa orang itu? Akankah dia P-U-T-R-A? Tidak mungkin!!!
Kucoba menceritakan semua kejadian telefon aneh itu pada keluarga Putra. Awalnya mereka tidak percaya. Malah sempat marah dan mengusirku. Namun, karena ketakutanku yang kian besar, aku sampai nekat masuk rumahnya dan menangis di hadapan keluarganya agar mereka mau mempercayai dan bersama-sama menguak misteri ini. Akhirnya, mereka mau mempercayaiku, dan mau membantuku memecahkan masalah ini.
Berhari-hari kami mencari info. Membongkar file-file pribadi Putra, menanyakan kepada orang-orang terdekat Putra,hingga suatu hari, Bimo, teman sebangku Putra datang ke rumah keluarga Putra. Kebetulan aku sedang ada di sana. Dia menceritakan, bahwa Putra pernah cerita sesuatu hal yang sangat penting kepadanya. Suatu hari, Putra tanpa sengaja menabrak anak kecil di jalan hingga anak kecil itu tewas. Tak ada satupun orang yang tahu. Karena ketakutan,ia langsung meninggalkan anak itu yang masih tergeletak di tengah jalan. Ternyata, anak kecil yang ditabraknya itu adalah Mita,sepupuku. Betapa kagetnya aku. Ibu Putra pun menangis tersedu.
Akhirnya aku mengerti, bahwa permintaan maaf itu ditujukan kepada tanteku. Tante Berta. Langsung saja orang tua Putra datang ke rumah tante Berta untuk meminta maaf. Dengan berlinang air mata Ibu Putra berharap tante Berta sudi memaafkan kesalahan Putra. Awalnya tante Berta marah. Ia menangis. Wajar, memang. Mendengar cerita dan permintaan maaf dari kedua orang tua Putra serasa membuka lembaran-lembaran kertas yang telah ia robek kecil tak beraturan. Namun, tante Berta akhirnya bersedia memaafkannya dengan ikhlas.
Setelah disampaikannya permintaan maaf pada tante Berta, keluarga meminta untuk membongkar makam Putra guna mengeluarkan handphone yang ikut terkubur. Kini, handphone itu telah dikeluarkan dari makam. Handphone itu telah rusak. Jangankan dipakai untuk telefon atau SMS, diaktifkan saja sudah tidak bisa.
Setelah handphone dikeluarkan, kini tak ada lagi telefon-telefon aneh yang datang di handphone ku. Semua telah selesai. Putra sudah tenang di alamnya. Aku kembali fokus dengan aktifitasku dalam pendidikan maupun di organisasi. Kucoba mengubur dalam-dalam tentang kepergian salah satu sahabat dekatku ini, meski sering terasa perih disaat aku dan sahabat-sahabat yang lain sedang berkumpul bersama. Itu adalah hal yang wajar. Sebab kami sudah seperti saudara.
Namun, yang hingga saat ini aku masih tak mengerti, kenapa yang ditelefon harus aku? Apakah karena aku adalah sepupu Mita? Ataukah karena aku sedang berulang tahun di hari nahasnya? Ataukah karena aku adalah sahabat dekatnya?
Entahlah...